RESENSI BUKU LET GO
Oleh: Nuraida Wahyu H.
Judul buku : Let Go
Pengarang : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2009
Kota terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 242
Harga : Rp 35.000,00
Novel ini berceritakan tentang Caraka yang di hukum oleh wali kelasnya akibat berkelahi dengan siswa lain 2 kali berturut-turut selama satu minggu. Hukuman yang diberikan ialah, ia harus membantu anggota Varitas, sebuah ekstra kulikuler untuk membuat majalah sekolah. Dalam masa hukuman ini, dia terpaksa harus berteman dengan Nathan, seorang laki-laki yang pintar namun sinis; Nadya, perempuan yang terlalu sempurna; dan Sarah, yang pemalu dan pendiam.
Sejalan dengan waktu, pertemanan mereka mulai berjumpa dengan masalah. Masalah akan cinta yang harus Caraka hadapi, persahabatan yang harus mereka pertahankan, dan kehilangan yang dialami antara Caraka dengan Nathan.
Gaya bahasa dalam novel ini terkesan sederhana, tanpa kata-kata “lo-gue” seperti halnya novel-novel teenlit lainnya, namun tetap enak untuk dibaca para remaja karena tetap memasukkan hal-hal berbau khas remaja.
Yang menjadi nilai tambah lainnya adalah dalam novel ini, selalu diselipkan kata-kata motivasi, puisi yang menyentuh, dan lagu maupun film klasik.
Dalam novel ini, karakter tokoh tetap stabil. Caraka yang keras kepala dan pantang menyerah tetap tergambar dari awal hingga akhir. Begitu pula dengan Nathan yang sinis, sampai akhir cerita ia tetap sinis pada teman-temannya, meski sebenarnya sikap sinisnya hanya satu-satunya cara untuk dia mengungkapkan emosi, yang akhirnya dapat diubah Caraka. Nadya yang tetap menjadi wanita tegas dan keras, yang tetap memiliki sifat khasnya hingga akhir cerita, dan Sarah yang pemalu dan pendiam, namun perlahan mampu dibuat Caraka untuk menjadi sosok wanita yang pemberani.
Kelebihan lain yang mampu menarik pembeli adalah kover yang dirancang Gagas Media sedemikian rupa, yang terkesan cantik dan artistik.
Kekurangan dari novel ini terletak pada pengeditan. Ada beberapa kata salah ketik yang dijumpai dalam novel ini. Kekurangan lain terletak pada gaya bahasa Aku-Kamu. Meski ada segi positif dari gaya bahasa ini, yaitu simpel, namun terdapat pula kekurangan, yaitu saat pembaca membaca novel ini terkesan kaku karena bahasa yang formal.
0 komentar:
Posting Komentar